PEMUDA MUHAMMADIYAH KEBUMEN MEMBANGUN BANGSA DENGAN AKHLAK MULIA

Ingatlah bahwa di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Apabila daging itu baik, maka baiklah badan itu seluruhnya. Dan apabila itu rusak, maka rusaklah seluruh badan. Ketahuilah, itu adalah hati (al-qalb)” [HR. Bukhari dan Muslim]

Rabu, 09 Maret 2011

Kader Karbitan Muhammadiyah


Sederetan analisa dan berbagai sebab musabab tentang terjadinya kemandegan gerak tajdid Muhammadiyah telah sering dikemukakan. Kejumudan berpikir warga (mujtahid) persyarikatan dan membanjirnya para oportunis atau “bajing loncat” di tubuh Muhammadiyah -terutama amal usahanya- merupakan analisa yang paling sering kita dengar. Dugaan kuat akan terjadinya kejumudan berpikir dan membanjirnya bajing loncat dalam Muhammadiyah, sebenarnya dua hal sangat berhubungan. Sebab terjadinya kemandegan berpikir atau bahkan kemandegan gerak amal usaha Muhammadiyah di sebabkan sudah terlalu banyak bajing loncat di tubuh persyarikatan, bahkan mereka tidak jarang berada dalam posisi strategis yang sangat menentukan warna dan wajah ormas Islam terbesar di Indonesia ini.

Pertanyaannya adalah bagaimana para bajing loncat itu bisa masuk ke tubuh Muhammadiyah? Apakah ada yang salah dengan sistem pengkaderan persarikatan? Atau saking terbukanya, organisasi ini tidak begitu selektif untuk memberikan amanah pada seseorang? Atau gejala pragmatisme dan oportunisme telah sangat mewabah pada setiap elemen persarikatan? Menurut hemat penulis, pertanyaan ke dua dan seterusnya adalah jawaban bagi pertanyaan pertama. Bagaimana tidak? Kepentingan jangka pendek dan semangat mencari hidup di persyarikatan telah menyebabkan begitu mudahnya masuknya para bajing loncat, dan sekaligus ini mencerminkan sebuah sistem pengkaderan yang buruk. Hanya karena telah mengantongi kartu anggota dan pernah aktif di persyarikatan atau ortomnya, seseorang bisa disebut sebagai kader Muhammadiyah dan dipercaya untuk memikul amanah persyarikatan. Inilah yang kemudian akan disebut sebagai “Kader Karbitan”.

Ciri dan Perilaku Kader Karbitan.

Namun demikian, dari awal perlu ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan Kader Karbitan bukanlah orang yang baru memiliki kartu anggota atau baru aktif di Muhammadiyah, apalagi ditujukan pada mereka yang tidak punya nasab Muhammadiyah secara genetik (tidak terlahir dari keluarga Muhammadiyah), sama sekali bukan. Karena tidak semua orang yang telah lama mengantongi KATAM dan berkecimpung di Muhammadiyah serta terlahir dari keluarga Muhammadiyah betul-betul paham akan watak dan karakter persyarikatan (Kepribadian Muhammadiyah). Bahkan yang sering terjadi, khususnya kasus semangat untuk mengkooptasi dan memonopoli amal usaha, dilakukan oleh “kader” yang telah lama aktif dan merasa leluhurnya berjasa dalam mengembangkan amal usaha persyarikatan. Karena mereka dengan sangat jelas dapat melihat dan merasakan keuntungan materil yang terkandung di dalamnya (amal usaha). Namun sebaliknya, bisa jadi orang yang baru aktif dan baru terdaftar sebagai anggota serta tidak memiliki nasab Muhammadiyah, justru hadirnya mereka dalam persyarikatan dimotifasi oleh pemahaman yang benar akan watak dan karakter persyarikatan.

Sebagaimana diketahui, wujud kepribadian Muhammadiyah terletak pada hakekat Muhammadiyah sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah, Rumusan ini seringkali dijadikan sebagai doktrin tanpa diiringi oleh penjelasan bahwa di dalamnya terdapat sifat Tajdidiyah (Pembaharuan), Ishlahiyah (damai) dan Tabsyiriyah (Menggembirakan) serta menuntut warganya untuk bersikap aktif, kreatif, dinamis, fleksibel, konstruktif, lapang dada, adil dan korektif, ikhlas dan tidak mengenal putus asa. Itulah doktrin yang harus dipahami dengan baik dan sifat yang mesti melekat pada seorang kader sejati Muhammadiyah.

Sedangkan sifat pasif, ikut-ikutan, jumud, kaku, reaktif, picik, masa bodoh, pamrih dan pesimistis adalah karakter atau ciri-ciri kader karbitan.

Secara kasat mata karakteristik kader karbitan tersebut terpantul dalam perilaku mereka dalam persyarikatan, baik yang menjelma dalam pemikiran yang picik dan jumud serta anti perubahan, ataupun dalam wujud orang-orang yang menjadikan amal usaha sebagai “warung” untuk mengais hidup diri dan keluarganya atau koleganya. Secara lebih jelas karakter karbitan ini termanifestasi pada mereka yang dengan pongah, picik, tidak santun dan tidak bijak dalam menyikapi bentuk penyegaran pemikiran keagamaan di tubuh Muhammadiyah. Atau mereka yang tidak punya malu ‘menjual’ Muhammadiyah untuk kepentingan sendiri sambil sikut kanan kiri dan menjilat serta melakukan manifulasi di sana sini.

Fenomena yang lebih memprihatinkan, jika karakteristik kader karbitan ini menjakiti angkatan muda Muhammadiyah. Dikhawatirkan mereka hanya akan tertarik dan begitu asyik dengan program yang berkaitan dengan proyek-proyek yang membuat kantong tebal. Apalagi jika sampai berani mengais keuntungan dengan cara-cara yang manifulatif.

HARAPAN

Pemimpin Muhammadiyah, bukan hanya harus mewarisi karakteristik kader sejati, akan tetapi harus mampu manyadarkan atau menertibkan kader-kader karbitan. Jika mereka (kader karbitan) tidak tersentuh atau bahkan dibiarkan, jelas akan semakin menebar virus yang berbahaya bagi keberlangsungan dan kejayaan persyarikatan. Mereka adalah benalu dalam Muhammadiyah.

1 komentar:

  1. awal robohnya sebuah bangunan adalah karena lemahnya kerangka bangunan itu.......
    begitupun organisasi, akan mandeg, lemah dan tak berjalan juga karena lemahnya kerangka organisasi..
    sejatinya, kerangka organisasi adalah kader yang baik..
    dan kader yang terbaik adalah kader yang perduli, paham dan tahu kemana harus menjalankan organisasinya.....

    BalasHapus